Jangan kira perasaanmu hanya akan menuai bahagia. Jangan kira
perasaan indah itu tidak akan mencoreng kontra yang dapat melukai orang lain. Saat
kau sudah terbuai jauh, kau akan menyadari ada seseorang yang menangis di balik
kebahagiaanmu. Rasa bersalah akan menghujanimu, mengutuk dirimu. Hingga kau
menyadari kesalahanmu, kau telah asal jatuh cinta.
***
Sebut saja RY. Dia teman seangkatanku di SMA yang memiliki
suatu hubungan yang sedikit spesial denganku. Tidak, kami tidak berpacaran.
Bagiku berpacaran adalah kegiatan yang sia-sia dan menghabiskan materi dan
waktu. Trauma di masa lalu juga yang membuatku berpikiran begitu. Kami tahu
kalau kami saling suka, namun kami tidak menjalin ikatan apapun, hanya teman
dengan sedikit percikan rasa suka. Aneh? Kami pun menyadari keanehan itu.
***
Semua bermula saat aku duduk di bangku kelas dua SMA, atau
yang biasa disebut kelas XI…
Menurutku, RY adalah seorang siswa yang cerdas. Aku suka
jika mendengar ia mengeluarkan argumen. Praktis, cerdas, dan kritis. Awalnya
aku tidak punya ketertarikan apapun padanya. Berteman dekat pun tidak. Tapi
karena teman-teman dekatku adalah teman dekatnya juga, aku dan dia pun jadi
teman dekat.
Sudah sering aku mendengar desas-desus bahwa RY menaruh hati
padaku, awalnya aku tidak percaya tapi cerita dari teman-temanku tentang respon
RY jika berbicara tentangku membuat aku percaya bahwa ia memang menyukaiku.
Pada awalnya aku masih merasa normal-normal saja, aku tidak merasakan debaran
asmara seujung kuku pun padanya. Tapi lama-kelamaan aku mulai terombang-ambing
oleh satu kata ajaib, ”cinta”.
KI, salah satu teman dekatku pernah bercerita pada kami,
“semalem gue mimpi. Kita udah ada di sepuluh tahun ke depan. Gue udah jadi
apoteker di Jawa. Terus gue ketemu RY, yang udah jadi dosen Bahasa Inggris, di
Jakarta. Terus kami pulang bareng ke Lampung. Sampe di Lampung, kami solat dulu
di masjid di pinggir jalan. Eh, ketemu si White habis ngajar ngaji di masjid
itu. Terus si White ngajak kami mampir ke rumahnya. Kami ngobrol sampe sore.
Dan di kesempatan itu lah si RY NGELAMAR si White!” KI bercerita dengan wajah
sumringah. Aku terkejut dengan ceritanya. Kontan teman-teman yang ikut
mendengarkan pun langsung meledekku, “ciiyyee… White mau dilamar RY…” begitulah kata mereka.
Sejak mendengar cerita mimpi dari KI, tanpa kusadari bahwa
akujadi semakin sering memikirkan RY. Dari seringnya aku memikirkan dia itu lah
aku jadi semakin penasaran dengannya. Dari rasa penasaranku padanya itu lah
tumbuh ketertarikan. Dan dari ketertarikan itu lah aku “terperangkap” olehnya.
Jika ditanya apa alasanku suka padanya, aku juga bingung
memikiran apa jawabannya. Entah lah, apakah yang aku rasakan ini disebut cinta?
Bukan rasa suka biasa yang sering kualami sejak lama yang hanya bertahan dua
tahun paling lama?
***
“RY mulai deket sama anak kelas X tuh,” ujar temanku suatu
saat, “memangnya siapa?” tanyaku penasaran, “itu loh, RI anak kelas X 8,”
ujarnya lagi. “Lo cemburu? Bunuh aja si RI itu, White. Hahaha… ” katanya meledekku. Aku rasakan pipiku
memerah.
Hari terus berganti. Aku mulai merasa bahwa kedekatan RY
dengan RI adalah fakta. Melalui facebook, hampir setiap hari aku melihat mereka
begitu akrab. Aku merasakan rasa sesak yang menghujani dadaku. Inikah cemburu?
(to be continued...)
(to be continued...)
0 komentar:
Posting Komentar