Sabtu, 21 September 2013

Jangan Asal Jatuh Cinta (part 1)

Jangan kira perasaanmu hanya akan menuai bahagia. Jangan kira perasaan indah itu tidak akan mencoreng kontra yang dapat melukai orang lain. Saat kau sudah terbuai jauh, kau akan menyadari ada seseorang yang menangis di balik kebahagiaanmu. Rasa bersalah akan menghujanimu, mengutuk dirimu. Hingga kau menyadari kesalahanmu, kau telah asal jatuh cinta.
***

Sebut saja RY. Dia teman seangkatanku di SMA yang memiliki suatu hubungan yang sedikit spesial denganku. Tidak, kami tidak berpacaran. Bagiku berpacaran adalah kegiatan yang sia-sia dan menghabiskan materi dan waktu. Trauma di masa lalu juga yang membuatku berpikiran begitu. Kami tahu kalau kami saling suka, namun kami tidak menjalin ikatan apapun, hanya teman dengan sedikit percikan rasa suka. Aneh? Kami pun menyadari keanehan itu.
***
Semua bermula saat aku duduk di bangku kelas dua SMA, atau yang biasa disebut kelas XI…
Menurutku, RY adalah seorang siswa yang cerdas. Aku suka jika mendengar ia mengeluarkan argumen. Praktis, cerdas, dan kritis. Awalnya aku tidak punya ketertarikan apapun padanya. Berteman dekat pun tidak. Tapi karena teman-teman dekatku adalah teman dekatnya juga, aku dan dia pun jadi teman dekat.
Sudah sering aku mendengar desas-desus bahwa RY menaruh hati padaku, awalnya aku tidak percaya tapi cerita dari teman-temanku tentang respon RY jika berbicara tentangku membuat aku percaya bahwa ia memang menyukaiku. Pada awalnya aku masih merasa normal-normal saja, aku tidak merasakan debaran asmara seujung kuku pun padanya. Tapi lama-kelamaan aku mulai terombang-ambing oleh satu kata ajaib, ”cinta”.
KI, salah satu teman dekatku pernah bercerita pada kami, “semalem gue mimpi. Kita udah ada di sepuluh tahun ke depan. Gue udah jadi apoteker di Jawa. Terus gue ketemu RY, yang udah jadi dosen Bahasa Inggris, di Jakarta. Terus kami pulang bareng ke Lampung. Sampe di Lampung, kami solat dulu di masjid di pinggir jalan. Eh, ketemu si White habis ngajar ngaji di masjid itu. Terus si White ngajak kami mampir ke rumahnya. Kami ngobrol sampe sore. Dan di kesempatan itu lah si RY NGELAMAR si White!” KI bercerita dengan wajah sumringah. Aku terkejut dengan ceritanya. Kontan teman-teman yang ikut mendengarkan pun langsung meledekku, “ciiyyee… White mau dilamar RY…”  begitulah kata mereka.
Sejak mendengar cerita mimpi dari KI, tanpa kusadari bahwa akujadi semakin sering memikirkan RY. Dari seringnya aku memikirkan dia itu lah aku jadi semakin penasaran dengannya. Dari rasa penasaranku padanya itu lah tumbuh ketertarikan. Dan dari ketertarikan itu lah aku “terperangkap” olehnya.
Jika ditanya apa alasanku suka padanya, aku juga bingung memikiran apa jawabannya. Entah lah, apakah yang aku rasakan ini disebut cinta? Bukan rasa suka biasa yang sering kualami sejak lama yang hanya bertahan dua tahun paling lama?
***
“RY mulai deket sama anak kelas X tuh,” ujar temanku suatu saat, “memangnya siapa?” tanyaku penasaran, “itu loh, RI anak kelas X 8,” ujarnya lagi. “Lo cemburu? Bunuh aja si RI itu, White. Hahaha…  ” katanya meledekku. Aku rasakan pipiku memerah.

Hari terus berganti. Aku mulai merasa bahwa kedekatan RY dengan RI adalah fakta. Melalui facebook, hampir setiap hari aku melihat mereka begitu akrab. Aku merasakan rasa sesak yang menghujani dadaku. Inikah cemburu?
(to be continued...)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites